Rabu, 18 Januari 2017

Indonesia Dalam Cengkraman Naga China

Indonesia Dalam Cengkraman Naga China

Tribunnews, Pontianak - Satu persen penduduk Indonesia menguasai 80% luas tanah di Indonesia. Kemudan sisanya, 99% dari penduduk Indonesia memperebutkan luas tanah yang hanya 20%.

Jika ditambah lagi dengan pihak asing, maka 93% lahan di Indonesia dikuasai oleh hanya satu persen (1%) penduduk.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh H.M. Ali Nasrun, S.E., M.Ec, saat mengawali diskusi publik, Halqoh Islam dan Peradapan (HIP) yang diselenggarakan oleh DPD I Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Barat yang diselenggarakan di ruang menara Masjid Mujahidin, Minggu (15/1/2017).

Kegiatan yang mengusung tema yang diketengahkan adalah tema yang sedang hangat-hangatnya yakni, Cengkraman Naga China dan Penjajahan Barat di Indonesia.

Ali Nasrun yang juga merupakan dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura melanjutkan bahwa kondisi perekonomian di Indonesia sudah sangat parah, semakin hari semakin tidak berkutik dengan asing.

Disegala lini pihak asing mencengkram Indonesia dengan negara Cina dan Amerika sebagai pelaku utamanya.

“Indonesia ini bahkan dipaksa untuk meminjam uang untuk sesuatu yang sesungguhnya tidak diperlukan. Bahkan, jika boleh menutup hubungan dengan dunia luar, dengan memanfaatkan sumber yang ada di Indonesia, cukup untuk mensejahterakan masyarakatnya,” ujarnya.

Selain Ali Nasrun, panitia juga menghadirkan akademisi lainnya yakni Dr. Jumadi, M.Si, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura dan Ust Muslim dari DPD I HTI Kalimantan Barat.

Dalam kesempatan kali ini Dr. Jumadi menyampaikan Investasi Ekonomi yang dilakukan asing di negara ini pasti diiringi dengan investasi politik.

Amerika dan Cina yang terus menerus melebarkan sayapnya ke berbagai penjuru dunia termasuk Indonesia tentu saja tidak hanya berdasarkan kepentingan ekonomi, tetapi juga kepentingan politik.

Dr. Jumadi melanjutkan bahwa kebijakan ekonomi terbuka yang diterapkan pada masa pemerintahan Den Xiaoping merupakan sebuah terobosan yang memiliki peran dalam perubahan negara tirai bambu tersebut.

Kaprodi Ilmu Politik di Universitas Tanjungpura ini kemudian memaparkan orientasi hubungan politik luar negeri Indonesia sudah keluar dari semangat konstitusi sejak 1949 hingga 1965.

Beijing menjadi porosnya pada waktu itu. Tiongkok menjadi mercusuar bagi Indonesia. Hingga akhirnya peristiwa G.30 S.PKI memutus mata rantai tersebut.

Rezim orde baru kemudian menutup hubungan Beijing – Indonesia. Di masa inilah warga negara indonesia keturunan Tiongkok mendapat perlakukan khusus, tidak diberi kesempatan menjadi PNS, polisi juga tentara.

Tabir baru hubungan Indonesia dan Cina kembali di buka di era pemerintahan Gusdur.

“Hingga sekarang, di pemerintahan Jokowi hubungan Indonesia – Tiongkok semakin erat sekaligus mereposisi pandangan negatif terhadap Tiongkok. Tiongkok bukan lah bahaya, melainkan pendukung industri dan perekonomian di Indonesia,” ujar Dr. Jumadi, “Selama kebijakan politik masih seperti ini, maka investasi politik Cina akan terus bergulir.”

Narasumber terakhir dari DPD I HTI Kalimantan Barat, Ust Muslim menyampaikan terkait ideologi besar yang ada di dunia ini terbagi hanya tiga kelompok. Persoalan-persoalan ekonomi liberal dan bentuk penjajahan baru yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari ideologi yang sedang berkuasa saat ini. Tiga kelompok ideologi tersebut adalah Sosialisme – Komunisme, Kapitalisme, dan Ideologi Islam.

Saat ini Ideologi Kapitalisme yang menguasai dunia meskipun pernah dikritisi bahkan ditentang dengan keras oleh Karl Marx yang kemudian menghasilkan sebuah ideologi tandingan yakni sosialisme – komunisme. Namun sayang, sosialisme yang sangat tegas mengkritisi konsep kapitalisme akhirnya gagal sebab mengusung asas materialisme sebagai dasar pemikiran.

Sosialisme mengenyampingkan Tuhan sebagai pencipta dan tempat kita kembali kelak. Inilah yang menyebabkan ideologi sosialisme ini merupakan ideologi yang rusak dan tidak mampu bertahan.

“Jika memang Kapitalisme dan Sosialisme tidak bisa menjadi solusi dari persoalan yang selama ini terjadi, tentu saja kita wajib mencari solusi komprehensif dan betul-betul sempurna. Solusi itu bernama Islam,” ujarnya

HTI tidak henti-hentinya menawarkan solusi Islam ini ke tengah masyarakat. Sebab jika Islam benar-benar diterapkan secara menyeluruh, maka rahmatan lil alamin seperti yang sudah dijanjikan oleh Allah SWT akan benar-benar terwujud,” pungkasnya.

Halqoh Islam dan Peradaban (HIP) merupakan kegiatan rutin bulanan yang diselenggarakan HTI yang mengetengahkan tema-tema terupdate dan menawarkan Islam sebagai solusinya.
Sumber : https://www.facebook.com/GosipIntelijen/posts/1810312429229131:0

Previous
Next Post »